Pengalaman Mencicipi Kue Tradisional Makassar yang Tak Terlupakan
Kue Tradisional Makassar yang enak dibuat secara tradisional
Kue tradisional Makasar
PetaMakassar.com - Sebagai penggemar makanan manis, pengalaman pertama kali mencicipi kue tradisional Makassar adalah sesuatu yang benar-benar tak terlupakan.
Saya masih ingat saat pertama kali melangkahkan kaki ke pasar tradisional di Makassar—warna-warni makanan yang dipajang begitu menggoda, dan tentu saja, aroma manisnya langsung menyambut saya.
Saya yang pada awalnya hanya berniat membeli satu atau dua jenis kue, akhirnya pulang dengan tas penuh berbagai pilihan kue tradisional.
Daftar Isi
Barongko
Salah satu yang paling membekas bagi saya adalah Barongko, kue yang terbuat dari pisang dan dibungkus dengan daun pisang.
Saya pertama kali mencicipinya karena tertarik dengan tampilannya yang sederhana namun menarik.
Teksturnya yang lembut dan rasanya yang tidak terlalu manis membuat kue ini jadi favorit baru saya.
Ada kesan alami yang keluar dari setiap gigitan, seperti sedang kembali ke masa kecil—meski, lucunya, saya tidak besar di Makassar.
Barongko ini enak sekali disantap dingin, dan meskipun terlihat kecil, satu porsi cukup mengenyangkan.
Jalangkote
Tapi, jika kita bicara tentang kue tradisional Makassar, tidak bisa tidak menyebut Jalangkote.
Ini mungkin salah satu yang paling terkenal.
Mungkin bagi Anda yang belum tahu, Jalangkote sekilas mirip dengan pastel, tapi kulitnya lebih tipis dan renyah.
Isinya pun bervariasi, biasanya terdiri dari bihun, kentang, wortel, dan telur rebus.
Jalangkote sering disajikan dengan saus sambal cair yang memberikan sensasi segar di setiap gigitan.
Saya sempat membuat kesalahan waktu pertama kali mencelupkan terlalu banyak sambal ke Jalangkote saya.
Jangan tanya, saya kepedasan bukan main! Haha, tapi sekarang saya tahu, sedikit saja sudah cukup untuk menambah cita rasa tanpa harus “membakar” mulut.
Cucuru Bayao
Cucuru Bayao juga wajib dicoba kalau Anda ke Makassar.
Saya ingat pertama kali diberi tahu tentang kue ini oleh seorang teman lokal.
Namanya unik, kan? Kue ini terbuat dari kuning telur dan gula, jadi manisnya agak dominan, tapi diimbangi dengan teksturnya yang lembut seperti puding.
Jujur saja, kalau Anda tidak terlalu suka yang manis, mungkin kue ini akan terasa terlalu berat.
Saya sendiri, yang biasanya suka segala sesuatu yang manis, menemukan bahwa satu gigitan saja sudah cukup untuk menikmati keseluruhan rasanya.
Satu hal yang membuat saya jatuh cinta dengan kue-kue tradisional Makassar adalah bagaimana mereka membawa rasa nostalgia.
Saya tidak tumbuh dengan makanan ini, tapi tetap saja, setiap kue membawa cerita dan sejarah yang terhubung dengan budaya Makassar.
Bagi saya, makanan tradisional selalu menjadi jendela untuk memahami tempat dan masyarakatnya.
Kue-kue ini tidak hanya sekadar makanan manis, mereka adalah bagian dari warisan kuliner yang kaya.
Jika Anda punya kesempatan untuk berkunjung ke Makassar, saya benar-benar merekomendasikan untuk mencicipi kue-kue ini di pasar tradisional.
Saya sendiri sering terkejut bagaimana makanan sederhana seperti kue tradisional bisa begitu kompleks dalam rasa dan tekstur.
Setiap gigitan memberikan pengalaman baru dan menambah wawasan saya tentang budaya kuliner Makassar.
Oh ya, sedikit tips: jangan lupa bertanya pada penjual di pasar tentang cara terbaik menyantap setiap kue.
Misalnya, Barongko lebih enak disajikan dingin, sementara Jalangkote nikmat dimakan panas dengan sambal.
Dan percayalah, mereka dengan senang hati akan berbagi cerita di balik setiap kue yang dijual.
Jadi, kalau Anda berencana untuk eksplorasi kuliner di Makassar, pastikan untuk menyempatkan diri mencicipi kue-kue tradisionalnya.
Siapa tahu, Anda bisa menemukan favorit baru seperti saya dengan Barongko!